5 Prinsip Pakar Membangun Startup: Pelajaran Penting dari Buku Rework
Membangun startup sering kali digambarkan sebagai proses yang rumit dan penuh dengan rintangan. Hal ini memicu anggapan bahwa untuk memulai…

Membangun startup sering kali digambarkan sebagai proses yang rumit dan penuh dengan rintangan. Hal ini memicu anggapan bahwa untuk memulai bisnis, seseorang membutuhkan modal besar, kantor yang megah, dan waktu yang berlimpah. Namun, Jason Fried dan David Heinemeier Hansson dalam buku mereka yang revolusioner, Rework, menantang persepsi ini dan menawarkan pandangan baru tentang membangun startup yang lebih sederhana dan praktis.
Jika anda merasakan hal yang sama, 5 prinsip ini mungkin mengubah cara anda membangun startup.
1. Kenali Hambatanmu
Rencana hanyalah perkiraan. Masa depan bukan milikmu, fokuslah pada apa yang bisa kamu kendalikan sekarang—aksi. Jadi berhenti mencemaskan jika startupmu tidak berjalan sesuai dengan rencana. Lebih dari 7 miliar manusia hidup berdampingan. Wajar saja jika sebagian besar peristiwa di luar kendalimu.
Pada umumnya kita tidak menyadari bahwa kita buruk dalam memperkirakan sesuatu. Seringkali waktu dalam perjalanan lebih lama dari yang kita kira. Tugas yang lebih panjang dari yang kita kira. Usaha yang lebih sulit dari yang kita kira. Begitu juga rencana yang kita kira akan berjalan mulus yang ternyata dikejutkan dengan berbagai masalah.
Semakin jauh kamu memperkirakan sesuatu semakin tidak tepat perkiraan itu. Perkirakanlah hal-hal kecil agar tidak melenceng terlalu jauh. Sehingga kamu bisa menepati komitmenmu.
Sebagian orang percaya workaholic adalah gaya hidup yang tangguh. Seperti sosok pahlawan dalam cerita yang mencoba menyelamatkan dunia. Tapi, di dunia nyata anda harus pecat si gila kerja. Mereka tidak melakukan pekerjaan lebih baik.
Mereka yang bekerja lebih baik seharusnya menyelesaikan tugas lebih singkat bukan lebih lama. Tentu saja sesekali tugas tidak bisa disingkat. Tapi ingat, hanya sesekali.
Salah satu tantangan yang dihadapi pengusaha adalah menjaga waktu. Mereka yang tidak bisa menjaga waktunya dengan baik sedang melangkah menuju jurang. Lebih buruknya, seringkali mereka tidak sadar berada di tepi jurang. Mereka tidak sadar melakukan hal yang sebenarnya hanya membuang-buang waktu.
Sama halnya dengan perusahaan yang sudah terbiasa dengan rapat. Rapat tidak menjadi masalah selama anda tahu masalah apa yang ingin anda selesaikan.
Kenyataannya, orang lebih banyak mengatakan hal yang tidak penting hanya karena mereka harus bicara dalam rapat. Jika waktu dihitung sebagai aset, 60 menit rapat dengan 10 orang berarti merenggut waktu produktif 10 jam.
Mungkin saja berarti anda menunda 10 jam keberhasilan anda—untuk sekali rapat. Berapa banyak rapat yang sudah anda lakukan?
2. Sederhana itu Lebih Baik
Kita cenderung mengapresiasi hal yang lebih rumit. Kita menduga semakin panjang dan bertele-tele sebuah karya tulis semakin bagus nilainya. Wajar saja karena sekolah mengajarkan bahwa usaha dinilai dari yang paling panjang tulisannya. Kenyataanya, dunia tidak peduli seberapa besar usahamu.
Pertanyaannya, apakah kamu mengusahakan hal yang penting bagi pelangganmu? Fokuslah pada hal-hal yang penting!
Bisnis bukan hanya tentang mencari lebih banyak, tapi juga tentang menjalankannya dengan baik. Seringkali kita percaya bahwa lebih banyak berarti lebih baik. Apakah benar lebih banyak uang lebih baik? Tidak bagi pemerintah Zimbabwe.
Kembalikan lagi pertanyaan ini kepada anda, apakah anda membutuhkan 10 orang atau lebih untuk bekerja untuk anda? atau sebenarnya 2 orang saja cukup? Cobalah selesaikan masalahnya dengan menyederhanakan solusinya.
Orang-orang tidak sebodoh yang anda kira. Mereka tidak termakan dengan daftar fitur yang terlalu panjang. Seperti halnya mereka bisa membedakan musik dengan kebisingan. Jika jawabannya adalah lebih banyak fitur, pikirkan lagi mengapa orang-orang senang mendengarkan musik. Padahal musik hanyalah bunyi yang terdiri dari 7 tangga nada.
Buatlah fitur yang tepat seperti musisi memilih nada musik.
Mulailah dari yang paling sederhana, mulailah tanpa dana investasi. Steve Jobs memulai bisnis dari garasi rumahnya. Begitu juga Amazon ditemukan Jeff Bezos di garasi rumahnya. Dana investasi adalah salah satu cara untuk memperbesar dampak dari usahamu. Jika usahamu tidak membawa dampak, sesungguhnya investasi hanya sia-sia saja. Ingat, investasi adalah rencana Z.
Ketahuilah tidak semua masalah serumit yang anda pikirkan. Bahkan seringkali masalah ini hanya terwujud di kepala anda. Cobalah untuk berhenti sejenak dan melihat masalahnya dari sudut pandang lain. Anda akan terkejut mengetahui sebagian besar masalah tidak nyata.
3. Berkembang Melampaui Batas
Banyak orang terjebak dalam pola pikir “startup” yang berfokus pada pertumbuhan eksponensial dan pendanaan modal ventura. Namun, kenyataannya, banyak bisnis yang sukses dibangun secara bertahap dan berkelanjutan tanpa perlu mengikuti model startup tradisional. Fokuslah membangun bisnis yang bisa menguntungkan dalam jangka panjang.
Fokus membangun bisnis jangka panjang berarti anda harus fokus membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan daripada angka penjualan sementara.
Menjaga hubungan dengan pelanggan yang sudah ada lebih mudah daripada terus-menerus mencari pelanggan baru. Mereka yang puas dengan layananmu cenderung membelinya lagi. Mereka yang senang dengan layananmu rela untuk mempromosikannya tanpa dibayar.
Investasikan waktu dan sumber daya untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan Anda.
4. Membangun Tim yang Kuat
Tim yang kuat tidak terbentuk, tapi berkembang. Artinya anda harus memilih bibit yang memang anda butuhkan. Bukan hanya untuk menghiasi kebun apel anda. Terkadang perusahaan merekrut orang untuk posisi yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.
Saran yang di bagikan buku ini adalah coba mulai kerjakan sendiri. Dengan begitu anda akan tahu apa yang benar-benar anda butuhkan. Jika anda bisa mengerjakannya sendiri, anda tidak perlu merekrut anggota baru. Selain itu juga anda akan lebih jelas dengan apa yang harus dikerjakan masing-masing anggota.
5. Ubah Caramu Bersaing
Dilihat dari sisi lain, pesaing dapat membantumu menjalankan startup. Anda tidak perlu mengambil langkah resiko yang berbahaya karena anda bisa mempelajari langkah mereka.
Masuk akal jika anda cenderung mengambil langkah yang lebih jauh untuk membalap pesaingmu. Tapi, cara ini terkadang menuntun kita ke tujuan yang salah. Cara lainnya adalah beradaptasi dalam persaingan itu. Karena medan perlombaan bisnis tidak sama dengan balap lari. Banyak faktor yang menentukan siapa pemenangnya.
Pada akhirnya, bisnis adalah tentang siapa yang paling dipercaya untuk membantu pelanggan dalam mengatasi masalah mereka.
Kesimpulan
Tentu memulai bisnis harus memiliki persiapan. Perjalanan bisnis itu seperti mendaki ke puncak. Pertanyaan akan muncul seperti, apakah bekal yang kita persiapkan memang benar-benar diperlukan?
Sama seperti bisnis, terkadang kita overthinking dengan perjalanannya. Sehingga, kita mempersiapkan bekal yang tidak diperlukan. Mencemaskan apa yang belum terjadi.
Alasan yang populer adalah “untuk jaga-jaga”. Kenyataannya, resiko terjadi setelah kita memikirkan semuanya—hal yang tidak terpikirkan. Menangani resiko sesungguhnya bukanlah dengan antisipasi, tapi dengan adaptasi.